Social Icons

Friday 16 January 2015

Siantar Art Festival

Mendengar perhelatan kreatif di kota Siantar, beberapa tahun terakhir ini seakan hilang dari berbagai perbincangan kaum muda, yang sebenarnya dapat meningkatkan gairah kreasi, melawan berbagai godaan yang kini kian merajalela. Apakah Siantar telah kehilangan kaum muda yang kreatif?
Akhirnya, pertanyaan itu terhenti sejenak, Siantar Art Festival, pagelaran seni dan budaya ethinic Batak, yang perdana diselenggarakan di halaman Parkir Pariwisata, Siantar, Selasa (23/12), sekitar 16.00 Wib, sembari mengajak anak-anak muda Siantar kembali berkreasi dalam budaya.
Ide kreatif pagelaran tercetus dari Siantar Street Hunting Comunity, komunitas photographer yang condong kepada budaya, khususnya batak, kemudian bereksplorasi mengajak sebagian anak teater untuk mengangkat tema budaya dalam ajang ‘Siantar Art Festival’.
Kegiatan kreatif ini sengaja didesain secara spontanitas, untuk tetap menjaga budaya solidaritas dalam berkreasi. “Ada yang nyumbang sound sistim, membuat stage sendiri dan banyak lagi. Hanya ingin nyampekan kepada semua insan kreatif Siantar, yok kita berkarya lagi,” cetusnya.
Siantar Art Festival menampilkan berbagai acara, seperti Music Acoustic, Acapela, Pemutaran Film dokumenter yang berjudul Ransani Tonun, Rap Batak, grafity, Lukisan, Karikatur, Sketsa, Sablon, serta  Body Painting&TATTOO





. "Kegiatanya free, mereka (Anak anak Siantar) dapat berkreasi," ucap Candra.
Amatan Hetanews.com, dua orang pelukis berbakat menyapu kuasnya dengan warna cerah ke tangan beberapa gadis sebagai canvasnya. Ada juga hasil lukisan yang dipajang lengkap dengan bingkai, bila tertarik siapun bisa membelinya.
Acaranya sederhana namun menarik banyak perhatian warga, tetapi dibalik semua itu, anak-anak muda  Siantar ini punya harapan agar ke depanya event-event yang ada, lebih mengarahkan kepada sesuatu yang kreatif dan mari kita hindari ugal ugalan.
Secercah harapan mereka haturkan kepada Pemko Siantar agar memperhatikan sejenak, dengan memfasiltasi anak muda menampilkan berbagai karya kreatif. Contoh, lanjutnya, kota ini tidak memiliki sanggar kesenian, jadi dimana tempat ngumpul para penggiat seni?
“Walau tempatnya kecil tidak masalah, yang pasti harapannya punya sanggar di Siantar itu yang terutama. Dulu, Sanggar pernah ada di belakang Museum Simalungun .Tapi tak terurus, hingga akhirnya tak dapat lagi dipakai,gak tau ya, mungkin karena punya yayasan,” kenangnya.
Sebuah pagelaran kecil dari mereka dapat menjadi motivasi baru bagi anak-anak muda kreatif lainnya, yang mungkin saja telah terlalu letih dan lelah berjuang melukis warna-warna kegiatan, dimana fakta di lapangan, tak selamanya sejiwa dengan aliran kreatif.
Pagelaran kecil yang penuh dengan emosi positip, yang dirangkum mereka dalam Siantar Art Festival, dapat dijadikan jembatan baru bagi insan muda Siantar, waktunya untuk beranjak dari zona nyaman, melarutkan diri dengan ide-ide kreatif, hanya untuk sebuah awal menghidupkan kembali gairah untuk berkarya.
READ MORE